Postingan

Menampilkan postingan dengan label belajar kepemimpinan

Enam Langkah untuk Perubahan Manajemen yang Efektif

Tulisan berikut ini menyajikan enam langkah yang diperlukan untuk perubahan manajemen yang efektif. Langkah Pertama adalah Mengidentifikasi dan Menentukan Kebutuhan Perubahan Langkah ini diawali dengan melakukan analisis berbagai proses yang terjadi saat ini. Kemudian dilanjutkan dengan menentukan kebutuhan akan terjadinya suatu perubahan. Setelah itu, diidentifikasi perubahan-perubahan yang diperlukan secara lengkap, termasuk berbagai pro dan kontra. Langkah pertama ini pun dilengkapi dengan analisis, identifikasi, dan mendokumentasikan kemungkinan dampak dari terjadinya suatu perubahan. Selanjutnya yang tidak kalah penting adalah membangun atau memilih suatu kasus untuk perubahan. Langkah Kedua adalah Menyiapkan Perubahan-perubahan tersebut Dalam langkah ini, beberapa hal perlu dilakukan, yaitu menyusun rencana komunikasi dengan pihak-pihak tertentu yang terkait dan pemimpin lainnya. Kemudian menerima saran-saran melalui proses pertukaran pikiran (brainstorm)

Ketika 'Why' Absen dan Pemimpin Besar

Simon Sinek dalam bukunya, 'Start With Why' menyampaikan bahwa, "Absennya 'why' atau alasan suatu institusi membuat keputusan penting sulit diambil." Kemudian saat ragu-ragu, kita berpaling pada ilmu pengetahuan dan data untuk membuat suatu keputusan. Selanjutnya terdapat institusi yang berfokus pada apa yang mereka produksi dan bagaimana memproduksi hal itu didasari oleh kebutuhan dari para pelanggan. Oleh sebab itu, mereka berfokus pada kualitas, layanan, harga, dan kelebihan-kelebihan lainnya. Semua parameter inilah yang disajikan oleh data. Namun, dari upaya tersebut data yang ada juga menunjukkan, bahwa penjualan tidak meningkat secara signifikan. Pun demikian halnya dengan kesetiaan pelanggan yang tak tercipta justru saat perusahaan berusaha maksimal memenuhi keinginan pelanggan. Dalam kondisi demikian, 'Great Leaders' hadir. Para pemimpin besar tersebut mampu melihat hal-hal yang tak terlihat oleh orang kebanyakan. Bahkan, m

Kenapa Pemimpin Perlu Berkompromi?

Kompromi dikenal sebagai satu keterampilan yang sangat sulit. Namun, ini adalah keterampilan yang sangat penting bagi seorang pemimpin. Anda tak dapat melakulannya secara efektif tanpa memahami sudut pandang orang lain. Jangan biarkan ego Anda membuat anggapan bahwa orang lain tidak penting. Justru berikanlah pertanyaan terbuka. Cobalah bertanya, "Kenapa menurutmu begitu?" Atau "Bagaimana cara kita menyelesaikan dengan lebih baik?" Atau "Coba jelaskan persoalan itu agar saya bisa lebih jelas." Namun, jika perkataan tidak berhasil, maka ketahui dan rasakan lebih dulu sudut pandang tiap individu. Contoh aktivitas ini adalah berkunjung ke ruangan atau meja rekan kerja Anda untuk mengetahui motivasi dan orang-orang yang memberi pengaruh kepada sudut pandang dan cara berpikirnya. Bisa juga dengan menemui bosnya. Namun, jika hambatan masih juga terjadi, maka jagalah kepercayaan. Kepercayaan menjadi fondasi untuk saling memper

Manfaat Mengetahui Evolusi Karyawan untuk Pemimpin

Seorang pemimpin perlu memahami karyawannya untuk mendapatkan hasil dan performa yang maksimal dari mereka. Namun demikian, tantangan bagi para pemimpin saat ini kian sulit, karena terjadi evolusi atau perubahan pada sistem dan mekanisme bekerja para karyawannya. Jacob Morgan, penulis buku 'The Future of Work' menyampaikan perbedaan pekerja pada masa lalu dan masa yang akan datang, sebagai berikut: Pekerja Masa Lalu Bekerja antara Pukul 09.00 sampai 17.00 Bekerja di sebuah kantor atau perusahaan Menggunakan peralatan kerja perusahaan Berfokus pada input Menaiki jenjang jabatan di perusahaan Mengerjakan tugas-tugas yang telah ditentukan Menyimpan informasi Tidak (boleh) bersuara Bergantung pada surel (email) Fokus pada pengetahuan Pendidikan dan Pelatihan dari perusahaan Pekerja Masa yang akan Datang Bekerja kapan saja Bekerja di mana saja Menggunakan berbagai perangkat Berfokus pada output Menciptakan tangga jabatan sendiri Mengerjakan tugas yang beraga

Empat Jurus Jitu para Pemimpin Perempuan dalam Meredam Covid-19

Beberapa negara sudah berhasil melandaikan kurva penularan Covid-19, bahkan ada yang sudah melonggarkan berbagai pembatasan. Di sana, kehidupan mungkin akan segera kembali seperti sedia kala. Di antara negara-negara tersebut, mereka memiliki satu kesamaan, yaitu dipimpin oleh perempuan. Negara tersebut di antaranya adalah: Islandia, Taiwan, Jerman, Selandia Baru, Finlandia, dan Denmark. Dalam krisis Covid-19 ini, terbukti bahwa para pemimpin perempuan lebih berhasil mengendalikan pandemi penyakit. Dari para pemimpin perempuan tersebut, situs Forbes menjabarkan beberapa pelajaran yang bisa kita petik. 1. Menyampaikan Kebenaran Angela Merkel, Kanselir Jerman, sejak awal menyampaikan kepada warga negaranya, bahwa situasi yang dihadapi sangat serius dan memerlukan langkah-langkah yang serius pula. Saat pemimpin menanggapi dengan serius, maka rakyatnya pun turut serius pula. Jerman yang menyampaikan kebenaran dan keseriusan sejak awal kemudian segera melewati f

Lima Strategi untuk Memimpin Saat Tak Seharusnya Memimpin

Krisis yang terjadi di dunia pada saat ini karena pandemi Covid-19 telah menyebabkan berbagai penyesuaian. Di Indonesia, Presiden Jokowi telah menyarankan masyarakat untuk bekerja di rumah, belajar dari rumah, dan beribadah di rumah. Karena mekanisme tersebut, maka seringkali antara pemimpin dengan staf-nya tidak bertemu. Bahkan, terkadang tiba-tiba seorang staf harus memimpin. Jika Anda tiba-tiba harus memimpin padahal posisi Anda sendiri bukan seorang pemimpin, maka lima cara berikut ini perlu menjadi perhatian. Namun, sebelum itu perlu diingat, bahwa menjadi pemimpin yang baik tidak selalu ditentukan oleh posisi atau jabatan seseorang dalam sebuah organisasi . Bahkan, para ahli kepemimpinan berpendapat bahwa penting sekali untuk memimpin, justru sebelum Anda memperoleh jabatan yang sebenarnya , seperti menjadi seorang manajer atau direktur. Dengan kesadaran tersebut, maka berikut ini lima langkah yang dapat Anda tempuh untuk menjadi pemimpin saat posisi Anda bukan pemimpin sebenarn

Proses Pengambilan Keputusan oleh Seorang Pemimpin

Menurut Simon Sinek dalam bukunya 'Start With Why', Keputusan dibuat dengan dua cara: rasional dan insting. Proses pengambilan keputusan ini berada di dua bagian otak yang berbeda. Pertama , keputusan secara rasional terjadi di bagian otak yang dinamakan neo-cortex . Bagian otak ini juga mengontrol bahasa. Kedua , keputusan secara insting terjadi di bagian otak yang dinamakan limbic . Bagian otak ini juga berhubungan dengan perasaan. Oleh sebab itu, kadang kita merasa sebuah keputusan sudah tepat. Namun, kita kesulitan menyampaikan alasannya. Akhirnya saat menyampaikan ke orang lain, seringkali kita membuat rasionalisasi. Misalnya, saat kita menemukan jodoh, maka kita merasa pas. Adapun alasannya, biasanya kita akan berkata, bahwa dia bisa melengkapi saya. Bagian rasional mencoba untuk memberikan berbagai alasan dan masukan. Namun, kelemahannya bagian ini membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan sebuah keputusan. Sementara itu, kenapa

Meningkatkan Keakraban dengan Anggota

Salah satu cara untuk meningkatkan keakraban dengan tim Anda adalah dengan mengalokasikan waktu per bulan dengan setiap anggota. Saat itu, mungkin akan ada godaan dan keinginan untuk membicarakan tentang pekerjaan. Namun, hindari godaan itu…. Anda justru perlu membicarakan hal lain, misalnya tentang kehidupan, hal-hal yang menarik minat mereka, apa passion atau gairah mereka, dan lainnya. Setiap kali bertemu dengan mereka, pastikan Anda mendapatkan informasi yang baru tentang mereka dan Anda pun berbagi satu hal baru kepada mereka. Upaya untuk meningkatkan keakraban dengan anggota tim Anda kian penting pada masa sulit karena berbagai krisis. Inilah saat yang paling penting bagi Anda untuk hadir dan dekat dengan mereka.

Komunikasi yang Terbuka Saat Krisis

"Perbedaan antara manajemen dan kepemimpinan ada pada komunikasi." Kata Winston Churchill. Saat terjadi berbagai ketidakpastian, pemimpin yang transparan atau terbuka selalu mampu membuat kita mempercayainya. Ketika ancaman menjadi bencana, mereka yang terdampak tidak membutuhkan alasan, teori, atau omong kosong lainnya. Yang paling penting adalah menyampaikan fakta dan membuat perencanaan untuk melakukan berbagai tindakan dan merespon krisis yang terjadi. Sebuah artikel di ThriveGlobal menjelaskan prinsip-prinsip kepemimpinan pada saat krisis, sebagai berikut: Keterbukaan dalam komunikasi berarti menyampaikan fakta, bukan asumsi, atau opini. Terutama dalam masa-masa sulit. Sangat bijak untuk terbuka, mendengarkan, dan memahami keprihatinan berbagai pihak. Semua itu dibutuhkan oleh seorang pemimpin dan komunikator untuk menjaga kepercayaan. Rumus ABC Rumus tersebut adalah jurus para pemimpin dan komunikator dunia untuk melakukan komunikas

Empat Jurus Jitu Perdana Menteri Selandia Baru dalam Menghadapi COVID-19

Jacinda Ardern, Perdana Menteri Selandia Baru dikenal mampu memimpin negaranya meniti krisis karena pandemi COVID-19. Financial Times mencatat empat hal yang dilakukan oleh Jacinda dalam menghadapi krisis ini sembari tetap mempertahankan kepercayaan dari rakyatnya. Empat hal tersebut adalah: Mengetahui detail persoalan. Memahami pentingnya koordinasi. Menerbitkan kebijakan yang pintar (smart). Mengakui kemungkinan akan adanya persoalan. Keempat jurus tersebut saling berkaitan. Mengetahui detail persoalan memungkinkan Jacinda mampu memahami pentingnya koordinasi. Kemudian, pengetahuan detail dan koordinasi bermuara pada kebijakan yang pintar. Jurus terakhir adalah mengakui adanya potensi persoalan, kendati berbagai upaya telah dilakukan. Namun, karena berbagai tantangan pada masa ini dan belum pernah ada satu pun yang mengalaminya, maka kesulitan-kesulitan dan persoalan itu pasti akan ada. Akhirnya, Jacinda bersama-sama dengan para pemimpin perempuan dunia lain

Kata-kata para Pemimpin Saat Krisis

Saat krisis terjadi dan tatap muka secara langsung sulit dilakukan, maka para pemimpin perlu menggunakan kata-kata secara sangkil dan mangkus. Hal ini diperlukan untuk menyampaikan pesan secara akurat, mengurangi kesalahpahaman, dan menjaga kepercayaan. Carmine Galo di Harvard Bussines Review memberikan saran praktik-praktik baik yang dilakukan oleh para pemimpin dunia, saat menyampaikan pidatonya di masa krisis ini. Ganti kalimat yang panjang dengan yang singkat. Gunakan pula kalimat sederhana dan menghindari jargon-jargon yang sulit dimengerti dan membuat pusing. Gunakan analogi, karena otak manusia lebih mudah menangkap maksudnya. Misalnya, penyebaran virus, seperti menjalarnya api pada saat kebakaran hutan dan lahan.  Jadikan krisis isu personal, sebab otak manusia terhubung dengan cerita manusia-manusia lainnya. Barangkali cerita para tenaga kesehatan yang berjuang menolong pasien bisa menjadi salah satunya. Gunakan aturan 3, yaitu membatasi pesan, arahan, dan informasi dalam tiga

Perubahan Diri Seorang Pemimpin Saat Krisis

Krisis yang terjadi, seperti pandemi Covid-19, dapat mengubah diri kita dan juga pemimpin. Saat krisis tersebut terjadi, reaksi kita pun berubah-ubah sesuai dengan zona waktu yang kita masuki. Kemudian, hal itu akan menentukan akan seperti apa diri kita nanti. Zona Takut Saat awal terjadinya krisis, kita memasuki zona takut. Periode ini ditandai dengan beberapa hal. Pertama, kita mencari dan membagikan berbagai informasi yang berkaitan dengan Covid-19. Kemudian kita mudah terusik dengan berbagai berita yang tidak sesuai dengan kepercayaan kita sendiri. Seringkali kita juga melakukan panic buying atau membeli berbagai barang didorong karena rasa panik dan mengikuti orang lain. Di berbagai media kita membaca dan melihat bagaimana orang-orang menimbun tissue toilet, makanan, dan obat-obatan yang sebenarnya tidak kita perlukan. Yang paling umum adalah kita bertindak sebagai korban dan mulai menyalahkan berbagai pihak. Zona Belajar Zona berikutnya setelah masa takut adalah masa belajar yang

Kepemimpinan Populis

Di berbagai negara, politik populis sedang naik daun. Sejatinya apa ciri-ciri politik populis, apa dampaknya, dan apa yang bisa kita lakukan untuk meresponnya? Silakan disimak jawaban mengenai beberapa pertanyaan tersebut berdasarkan Opini Pak Abdillah Toha di Kompas Cetak, tanggal 29 Januari 2018: Selamat membaca....  Ciri politk populis: 1. Bahasanya dibuat sesederhana mungkin agar bisa cepat ditangkap calon pemilih 2. Memecah pemilih ke dalam dua kubu, kawan dan lawan 3. Bisa cenderung ke ideologi kiri, bisa juga ke kanan 4. Berorientasi pada program/kebijakan jangka pendek, menghindari program jangka panjang 5. Mengobral janji tanpa perhitungan yang matang tentang kemampuan diri 6. Condong dan memenuhi keinginan mayoritas, sehingga abai kepentingan jangka panjang 7. Berdasarkan nilai-nilai moral, bukan rasional atau perhitungan ekonomi/sosial yang terencana 8. Memandang mereka yang menentang sebagai musuh yang harus dihentikan 9. Tidak jarang menggunakan senti

Tiga Hal Terpenting bagi Pemimpin

Apakah tiga hal yang paling penting yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin? Dalam tulisan berikut ini, Guy Kawasaki menjawab pertanyaan tersebut. Menurut Kawasaki, tiga hal paling penting yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin adalah: Empathy Honesty Humility Empathy Diartikan sebagai kemampuan untuk mengidentifikasi atau memahami situasi yang harus dihadapi oleh orang lain, termasuk juga perasaan mereka. Empati adalah kemampuan khas yang dimiliki oleh seorang manusia. Seorang pemimpin perlu mengetahui kebutuhan mereka yang dipimpin agar tercipta efektivitas. Beliau juga harus dapat membedakan antara empati dan simpati. Empati dalam hal ini berarti bahwa seorang pemimpin dapat mengapresiasi, menghormati, dan memahami berbagai hal yang dialami oleh orang lain. Sifat empati sangat penting dimiliki oleh seorang pemimpin karena saat Anda benar-benar paham kebutuhan orang lain, maka Anda dapat menyediakan dukungan yang mereka perlukan dalam mencapai kesuks

Kekuatan Kepercayaan untuk Seorang Pemimpin

Apa saja kekuatan dan peran kepercayaan dari para pengikut kepada seorang pemimpin?  Pada musim panas tahun 1963, 200 ribu orang berkumpul di depan sebuah mall di Washington untuk mendengar pidato Dr. Martin Luther King Jr.  Saat itu tak ada undangan dan juga tak ada website untuk mengetahui kapan tanggal berkumpul. Jadi bagaimana mereka bisa melakukannya? Dr. King tidak berkeliling Amerika untuk menyampaikan apa yang perlu dilakukan. Dia senantiasa bicara apa yang membuatnya percaya.  "Saya percaya.... saya percaya...." dia terus berkata begitu kepada orang-orang.  Kemudian para pioneer yang percaya kepada Dr. King menularkan kepercayaan tersebut kepada orang lain, yaitu mayoritas awal.  Begitu seterusnya hingga akhirnya, dua ratus ribu orang berkumpul di hari dan waktu yang tepat. Berapa orang di antara mereka yang alasan kehadirannya adalah untuk Dr. King? Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah: tak ada! Mereka hadir untuk diri sendiri. Mereka percaya apa

Arti Law of Diffusion of Inovation untuk Kepemimpinan

Hukum Diffusion of Inovation membagi populasi dunia ke dalam beberapa kategori, yaitu:  2,5 % populasi adalah para inovator 13,5% adalah para pengadopsi awal 34% adalah mayoritas awal 34% lagi adalah mayoritas akhir 16% adalah mereka yang selalu ketinggalan Masing-masing dari kita berada di kelompok yang berbeda-beda tiap saat. Namun, Law of Diffusion of Inovation mengajarkan kepada kita jika Anda ingin pasar yang sukses atau menerima ide Anda, maka hal itu baru bisa tercapai bila Anda sudah bisa melewati titik antara pengadopsi awal dan mayoritas awal. Titik tersebut ada di antara 15 dan 18 persen (tipping point) untuk penetrasi pasar di awal waktu. Mayoritas awal tak akan mencoba sesuatu sampai ada seseorang yang berani mencobanya. Orang tersebut adalah para penemu dan pengadopsi awal, mereka berani mengambil keputusan untuk mencoba. Mereka digerakkan oleh kepercayaan yang tinggi pada dunia dan bukan semata-mata pada produk yang tersedia. Mereka ini adalah yang bersedia antri selama

Kegagalan Kepemimpinan Samuel Pierpont Langley

Tahukah Anda, siapa itu Samuel Pierpont Langley? Berikut ini pelajaran kegagalan kepemimpinan dari Samuel Pierpont Langley, berdasarkan paparan dari Simon Sinek.  Di awal abad ke 20, saat itu semua orang mencoba untuk terbang. Pak Langley, kala itu memiliki apa yang tampak seperti resep kesuksesan. Saat itu, Langley menerima dana 50.000 dolar dari Departemen Pertahanan untuk menciptakan 'mesin terbang'. Dia memiliki tempat kerja di Harvard dan juga bekerja di Smithsonian. Selain itu, dia juga terhubung dengan orang-orang terpintar di zaman itu. Dia merekrut orang terpintar yang dapat dibayarnya. Pada saat itu, kondisi pasar juga sangat bagus. Media seperti New York Times mengikuti kemana pun Langley pergi. Sementara itu, hampir semua orang ingin berhubungan dan terlibat dengan Langley. Namun, kenapa kita tak pernah sekali pun mendengar mengenai Samuel Pierpont Langley? Beberapa mil di Dayton, Ohio, dua bersaudara Wright, yakni Orvill dan Wilbur Wright memiliki apa yang tak pern

Kekuatan Kenapa untuk para Pemimpin

Alasan di balik para pemimpin yang berhasil adalah karena memiliki kekuatan 'kenapa'. Mari kita simak apa maksud dari hal ini, menurut pakar kepemimpinan Simon Sinek.  Kenapa Apple sangat maju dalam berinovasi? Kenapa Martin Luther King begitu berkarisma saat memimpin warga kulit hitam? Kenapa dua bersaudara Wrights menemukan cara untuk terbang? Ada satu pola yang diterapkan para pemimpin besar dunia, mereka berkomunikasi dengan media yang sama, namun sekaligus juga sangat berbeda. Simon Sinek membuat kodifikasi bagaimana para pemimpin dunia tersebut berkomunikasi. Model atau kodifikasi itu disebut sebagai Lingkaran Emas (golden circle). Di dunia ini, banyak orang tahu 'apa' yang mesti dilakukan (what), sebagian di antara mereka tahu 'bagaimana' (how) mereka melakukan hal tersebut. Namun, sangat sedikit orang atau organisasi yang mengetahui 'kenapa' (why) mereka melakukan hal itu. Dengan mengetahui 'kenapa', tak selalu berujung pada keuntungan. N

Tips Kepemimpinan Delapan Ajaran Asta Bratha

Tips kepemimpinan delapan ajaran asta bratha berasal dari dunia pewayangan terutama kisah di Alengka Diraja. Silakan disimak kisah selengkapnya sebagai berikut. Setelah Rahwana Sang Raja Alengka meninggal dunia, maka tampuk kekuasaan berpindah kepada adiknya, Gunawan Wibisana. Dalam wisudanya, dia menerima delapan ajaran kepemimpinan dari Sri Rama yang disebut Asta Bratha. Bagi para pemimpin atau calon pemimpin, maka ajaran kepemimpinan Asta Bratha sangat bermanfaat. Bisa jadi, Anda adalah orang yang tepat untuk menjadi seorang pemimpin. Versi singkat dari tulisan ini dapat Anda lihat di Instagram saya: View this post on Instagram A post shared by Dewanto | Penulis (@sridewantopinuji) Berikut ini Asta Bratha yang diajarkan Rama kepada Wibisana: Bumi Seorang pemimpin hendaknya meniru perilaku Bumi. Dia bisa mewadahi apa saja, baik itu mereka yang melakukan kebaikan atau yang berbuat jahat. Lebih hebatnya lagi, Bumi kemudian

Tenun Kebangsaan

Pada 11 September 2012 lalu, Pak Anies Baswedan membuat tulisan yang sangat menarik dalam Opini Kompas. Judulnya adalah ‘Ini soal Tenun Kebangsaan. Titik!’ sebuah tulisan sebagai pengingat kita bersama betapa Republik ini dibangun di atas kebhinekaan  dan tak perlu ada mayoritas atau pun minoritas. Negeri ini didirikan oleh para pemberani, dan semestinya tetap dirawat oleh para pemberani pula. Saya khawatir jika hanya membacanya saja, maka saya akan mudah lupa. Oleh karena itu, saya akan coba merangkumnya untuk menolak lupa. =====