Mari Mengenal Kepemimpinan Meta (Meta Leadership)

Meta-Leadership berarti kepemimpinan yang melampaui tugas pokok, fungsi dan otoritas resmi dari seorang pemimpin. Pemimpin dengan kualifikasi 'meta' memiliki kelebihan dalam hal: kepandaian, pemikiran, pengaruh, dan pencapaian. (Marcus, Ashkenazi, Dorn, and Henderson, 2008).

Kenapa kita memerlukan pemimpin meta atau meta-leadership?

Seperti sudah dijelaskan dalam tulisan saya sebelumnya, saat ini kita menghadapi dunia VUCA yang bergejolak, tak pasti, kompleks, dan penuh ketidakjelasan. Pada dunia yang semacam itu dan ditambah lagi dengan terjadinya krisis, serta adanya jebakan kepemimpinan saat krisis, maka pemimpin dituntut untuk mampu beradaptasi terhadap kondisi-kondisi tersebut.

Hal ini masih ditambah lagi dengan adanya perubahan-perubahan di dunia karena populasi dan pertumbuhan penduduk, pola mobilitas penduduk, hingga pola interaksi di antara warga, termasuk adanya demokratisasi informasi.

Beberapa hal yang sudah disebutkan mempengaruhi kondisi saat krisis terjadi. Misalnya, kepadatan dan meningkatnya jumlah penduduk akan meningkatkan kerentanan penduduk tersebut terhadap terjadinya suatu bencana. Lebih lanjut, mobilitas dan interaksi penduduk secara global, memperhebat risiko penularan penyakit hingga terjadinya pandemi yang mempengaruhi seluruh dunia. Contoh dari peristiwa ini adalah Pandemi COVID-19 karena virus SARS-CoV2 yang terjadi pada akhir tahun 2019 dan awal tahun 2020.

Berkaitan dengan demokratisasi informasi, ditandai dengan adanya media sosial dan jurnalisme warga. Masyarakat memilih sendiri informasi yang dikonsumsi oleh mereka. Dalam kondisi tersebut, merebaknya hoaks atau berita bohong menjadi hal yang lumrah dan seringkali memperburuk suasana.

Kondisi-kondisi tersebut menjadi tantangan bagi para pemimpin. Belum lagi jika krisis terjadi dan mereka dituntut untuk menanggulangi krisis tersebut.

Pada saat krisis, seperti sudah sering dituliskan, para pemimpin menghadapi situasi yang penuh gejolak, ketidakpastian, kompleks, dan tidak jelas atau VUCA. Saat itu, sulit dibedakan antara gejala dan akar permasalahan. Pemimpin tak jarang menyelesaikan gejala ketimbang akar persoalan. Akhirnya, persoalan yang dihadapi tak terselesaikan.

Dalam krisis, pemimpin juga diharapkan untuk melakukan koordinasi dan kerjasama atau kolaborasi dengan jejaring terutama para pemangku kepentingan di dalam organisasi mereka sendiri dan dari luar organisasi.

Para pemimpin di masa sekarang juga harus menghadapi berbagai generasi yang harus dipimpinnya. Kondisi ini bukan hanya saat krisis, tetapi juga pada situasi normal.

Tiap generasi yang harus dipimpin memiliki harapan, nilai, norma-norma, dan budaya kerja yang berbeda. Lebih penting lagi, mereka memiliki kebiasaan dan harapan yang berbeda juga terhadap para pemimpinnya.

Semua kondisi tersebut: dunia VUCA, krisis karena bencana alam dan non alam, kolaborasi dengan banyak pihak, serta perbedaan generasi pada ujungnya memerlukan pemimpin yang mumpuni, atau di sini kita mengenalnya sebagai konsep meta-leadership.

Konsep ini sendiri lahir dari pengamatan dan analisis kepada para pemimpin saat menghadapi badai Katrina di Amerika Serikat pada tahun 2005. Saat itu, para pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan berbeda diamati dan dianalisis, serta dilihat kebijakan, dan hasil karyanya pada saat krisis tersebut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Psikologi dan Perannya untuk Pemimpin Saat Krisis

Hal-hal yang Akan Terjadi pada Seorang Pemimpin

Memimpin ke Bawah (Lead Down)